10Jalan Perbuatan Baik – Dasa Kusala Kamma Patta 10 Jalan perbuatan baik Dasa Kusala Kamma adalah landasan Buddha Dhamma. Hukum alam didasarkan pada mereka. Dasa Kusala-Kamma atau Dasapunnakiriyavatthu berasal dari kata Dasa, Punnakiriya dan Vatthu. Dasa artinya sepuluh. Punna kiriya artinya jasa atau berbuat kebajikan. Dan Vatthu artinya perihal atau cara.
Padadasarnya ada sepuluh macam kebajikan yang membuat seorang raja atau kepala pemerintahan patut dihormati oleh masyarakatnya atau yang disebut sebagai Dasarajadhamma. Sepuluh kebajikan itu dapar dirincikan sebagai berikut yaitu; 1. Dana (gemar memberi), 2. Sila atau memiliki moral atau perilaku yang baik, 3. Pariccaga atau rela
Standarini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama Buddha sesuai dengan kebutuhan. B. Tujuan . Pendidikan Agama Buddha bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1.
Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses, dan output dalam penerapan kurikulum 2013 pendidikan agama Buddha pada pendidikan dasar dan menengah. Penelitian ini merupakan
agamaKristen. Dalam agama Buddha, ada suatu bentuk pemberian sumbangan yang biasa disebut “berdana”. Ada berbagai macam bentuk berdana, antara lain: Atthavara Dana, Amisa Dana, dan Nicca Dana. Atthavara Dana adalah pemberian yang bersifat sementara, misalnya makanan, uang, dan sebagainya. Amisa Dana adalah
Menggunakanhasil tersebut dengan tidak terlalu pelit tetapi juga tidak terlalu boros. Konsep ekonomi dalam agama buddha adalah 1) bekerja keras tanpa membuang-buang waktu mereka yang sangat berharga untuk mendapatkan uang, 2) menabung untuk masa depan untuk menopang keluarga, 3) memenuhi tugas dan kewajiban hati-hati dengan mengeluarkan uang
d0kz9. Secara universal, memberi dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Sesuatu yang membuktikan kedalaman sifat manusiawi dan kemampuan seseorang untuk trensendan diri. Perbuatan memberi ini merupakan satu langkah awal yang penting di dalam ajaran Budha, dan disebut “Dana”. Berdasarkan tata bahasa Pali istilah dana dapat diartikan sebagai berikut Diyabeti Danam yaitu sesuatu yang telah diberikan disebut Dana. Duggati Dayati Rakkbati Danam yaitu sesuatu yang membuat si pemberi memperoleh perlindungan, keselamatan, kebebasan dan penderitaan atau kesukaran disebut dana. Kitab Visuddimaga, Buddhaghosa Thera telah memberikan definisi sebagai Danam Vuccati Avakbandbam yaitu sesuatu yang diberikan dengan niat disebut dana. Dana biasa diterjemahkan sebagai pemberian sedekah. Pemberian sedekah mengingatkan kepada pemberian hadiah kepada orang-orang miskin atau kepada mereka yang berada dalam lingkungan yang tidak menguntungkan. Ber-dana adalah perbuatan melepas sesuatu yang dimiliki dengan tulus ikhlas dan memberi kepada mereka yang membutuhkan bantuan demi suatu tujuan yang baik. Berdana tidak lain adalah murah hati yang terkandung dalam pengertian alobha tidak serakah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dana diartikan sebagai uang yang disediakan untuk kepentingan kesejahteraan, juga diartikan sebagai pemberian hadiah atau hadiah atau derma. Sedangkan dari sudut lain, berdana dapat juga diidentifikasikan dengan sifat pribadi kedermawanan caga, yaitu memberikan apa yang dimiliki demi kepentingan orang lain. Sudut pandang ini menyoroti praktek berdana bukan sebagai tindakan perwujudan luar, di mana suatu obyek dipindahkan dari diri sendiri untuk diberikan kepada yang lain, namun merupakan kecenderungan dalam diri untuk memberi lewat tindakan nyata, yang memungkinkan adanya berbagai tindakan yang lebih menuntut pengorbanan diri. Praktik berdana dalam ajaran sang Buddha, memiliki tempat dan pengertian khusus yaitu sebagai pondasi dan benih perkembangan spiritual. Dana merupakan dasar dari segala perbuatan baik. Dana adalah langkah pertama dalam urutan cara-cara berbuat baik Kusula Kamma dan di dalam Punna Kriya Vatthu sepuluh cara berbuat jasa. Secara garis besar, berdana adalah merelakan sebagian uang atau harta benda miliknya untuk diberikan dengan tanpa pamrih kepada mereka yang membutuhkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbuatan baik dari berdana ini merupakan perbuatan jasa/ kebajikan yang paling dasar. Merupakan landasan bagi tumbuh berkembangnya kebajikan-kebajikan yang lebih tinggi, yakni Sila hidup bermoral, Samadhi memiliki konsentrasi dan Pannya memiliki kebijaksanaan, hingga akhirnya mencapai kebebasan sejati Nibbana. Referensi Makalah Kepustakaan Rudi Ananda Limiady, Mengapa Berdana, Klaten Wisma Sambodhi, 2003. Abhiniko, “Dana Berdana” dalam lembaran Nirkala, Mangala 15 Edisi Perdana 1992, Thailand LPD. Publisher, 1992. Bhikkhu Lady Saydaw, Penjelasan Mengenai Dana, Semarang Vihara Tanah Putih, 2003. Mukti, Belajar Menjadi Bijaksana, Jakarta Yayasan Dharma Pembangunan, 1993. Anton M. Moeliono, dkk., Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1993. Win Vijono, Ajaran Bagi Pemula, Bandung Yayasan Bandung Sucinno Indonesia, 1992.
Namo Buddhaya Berikut ini dikutipkan jawaban-jawaban dari alm. Bhikkhu Ledi Sayadaw atas pertanyaan mengenai Dana sewaktu Beliau masih tinggal di daerah Chipagan, Burma yang didasarkan atas Kitab Suci Tipitaka Pali, Atthakatha dan Tika. Thavara Dana, yaitu Pemberian yang bersifat tahan lama, misalnya stupa, rumah peristirahatan, vihara, sekolah, jembatan, sumur, menara air, tanah, dan sebagainya. Athavara Dana, yaitu Pemberian yang sifatnya tidak tahan lama, misalnya makanan, pakaian, dan uang. Athavara Dana yang diberikan terus menerus akan menghasilkan buah yang sama kuat dengan Thavara Dana. Amisa Dana, yaitu Berdana dalam bentuk materi termasuk uang untuk membangun vihara. Dhamma Dana, yaitu Berdana pengetahuan Buddhadharma, misalnya berdana buku-buku Buddhadharma, mencetak, menulis, menterjemahkan, menyunting, mengajar, memberi khotbah Dharma. Sang Buddha bersabda, “Danam Dhamma Danam Jinati”, yang artinya, “Dari semua pemberian, pemberian Dharma-lah yang tertinggi.” Dharma Dana menghasilkan kebijaksanaan dan pengetahuan. Nicca Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan secara teratur dan tetap. Seseorang tidak akan dilahirkan di alam Apaya menderita apabila dia melakukan Nicca Dana. Anicca Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan kadang-kadang saja. Vatta Nissita Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan untuk mengharapkan keuntungan-keuntungan yang bersifat duniawi. Keuntungan duniawi meliputi keinginan untuk dilahirkan di alam-alam dewa, dilahirkan sebagai anak orang kaya. Pemberian dana semacam ini cenderung akan memperpanjang Samsara lingkaran kehidupan dan kematian . Vivatta Nissita Dana, yaitu Pemberian dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kesengsaraan [samsara] dengan tercapainya Kebebasan [Nibbana]. Puja Dana, yaitu Pemberian kepada orang-orang yang menjalankan sila dan orang-orang mulia. Atau orang yang mempunyai status lebih tinggi sebagai tanda hormat. Anuggaha Dana, yaitu Pemberian kepada orang yang lebih rendah. Sankhara Dana, yaitu Pemberian Dana setelah mendapat dorongan atau anjuran dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu berpikir lamban dan bodoh. Asankhara Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan atas kehendak sendiri, tanpa dorongan dari orang lain. Apabila berbuah akan menjadikan seseorang itu cerdas dan pandai. Jana Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan dengan sepenuh pengertian akan akibat-akibatnya. Ajana Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan dengan tidak mengerti atau mengetahui apa akibatnya. Vatthu Dana, yaitu Pemberian berupa barang materi. Asankhara Dana, yaitu Pemberian berupa suatu kebebasan pada suatu makhluk dari bahaya atau dari kematian, misalnya membebaskan hewan-hewan dari kurungan yang telah ditangkap, larangan untuk berburu di hutan, melatih atau mematuhi Pancasila Buddhis, dan sebagainya. Ajjhatika Dana, yaitu Pemberian berupa anggota badan, misalnya mata, badan jasmani, dan mengorbankan jiwa sendiri untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Termasuk dalam hal ini adalah melakukan donor darah. Bahira Dana, yaitu Pemberian biasa, tidak berupa anggota tubuh sendiri. Hina Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan dengan harapan mendapat kemasyuran. Majjhima Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan dengan tujuan untuk dapat dilahirkan sebagai manusia yang kaya. Panita Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan dengan harapan untuk mencapai kebebasan [Nibbana]. Dasa Dana, yaitu Pemberian yang bernilai rendah, misalnya sesuatu yang biasa diberikan kepada seorang budak. Sahaya Dana, yaitu Pemberian yang mempunyai tingkat yang sama dengan apa yang biasa digunakan seseorang yang sama kedudukannya, misalnya sesuatu yang diberikan kepada seorang teman. Sami Dana, yaitu Pemberian yang bernilai tinggi, misalnya sesuatu yang bisa dipakai oleh para majikan atau raja-raja. Loka Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan karena tradisi setempat dalam arti takut dipandang rendah bila tidak ikut berdana. Atta Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan untuk menjaga kewibawaan atau pangkat seseorang. Dhamma Dana, yaitu Pemberian yang dilakukan karena ingin mempraktekkan ajaran agama. Civara Dana, yaitu Pemberian jubah kepada Bhikkhu. Pindapatta Dana, yaitu Pemberian makanan kepada Bhikkhu. Bhesajja Dana, yaitu Pemberian makanan kepada Bhikkhu. Senasana Dana, yaitu Pemberian tempat tinggal atau kuti kepada Bhikkhu. Sang Buddha bersabda, “Vihara Danam Sanghassa Aggam Buddhena Vannitam”, yang artinya, “Sebuah tempat tinggal Bhikkhu yang diberikan kepada Sangha dipuji oleh Sang Buddha sebagai pemberian hadiah tertinggi.” Demikian juga, “Soca Sabbadado Hoti, Yo Dadati Upassayam”, yang artinya, “Seseorang yang mendirikan tempat tinggal Bhikkhu sebagai hadiah kepada Sangha, sama nilainya dengan segala macam hadiah.” Dakkhina Visuddhi Dana; Penggolongan ini didasarkan atas Sifat si pemberi yang berbudi luhur atau menjalankan sila. Sifat si pemberi yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalankan sila. Sifat si penerima yang berbudi luhur atau menjalankan sila. Sifat si penerima yang tidak berbudi luhur atau tidak menjalankan sila. Jika pemberian dana tersebut dilakukan dimana kedua-duanya berbudi luhur, maka akan menghasilkan buah yang banyak. Jika salah satunya tidak berbudi luhur, maka buah yang diperolehnya hanya sedikit. Sakkacca Dana, yaitu Pemberian dengan hati-hati, sopan, dan penuh hormat. Asakkacca Dana, yaitu Pemberian tanpa sifat-sifat tersebut di atas. Misalnya memberikan makanan kepada hewan, tanpa memperhatikan segi-segi kebersihan dan sebagainya. Jika pemberian dana ini menghasilkan buah maka akan mendapatkan sikap yang kurang hormat atau kasar dari teman, anak atau pelayannya. Sahatthika Dana, yaitu Pemberian dengan tangan sendiri atau secara pribadi. Anatthika Dana, yaitu Pemberian dengan menggunakan perantara, misalnya dengan melalui seorang pelayan. Bila pemberian ini berbuah, kemungkinan akan menghasilkan buah yang disertai dengan tiadanya pengikut atau teman. Agga Dana, yaitu Pemberian sesuatu yang baru dan terbaik. Ucchita Dana, yaitu Pemberian berupa sesuatu yang bernilai rendah, misalnya barang sisa. Jika si penerima Ucchita Dana menghargai dan menyukai pemberian ini, maka dana yang diberikan akan tetap membawa hasil yang besar, sejauh pemberian tersebut disertai kehendak [cetana] yang baik dan sikap pikiran yang hormat dan sungguh-sungguh [sakkaca], misalnya pemberian dari seorang yang kaya kepada seorang fakir miskin, ataupun pemberian kepada hewan-hewan peliharaan. Dhammika Dana, yaitu Pemberian yang benar diberikan kepada seseorang atau lembaga yang dituju sejak dari semula. Adhammika Dana, yaitu Pemberian yang sebenarnya akan diberikan kepada seseorang atau sesuatu lembaga, tetapi orang itu mengubah pikirannya dan memberikannya kepada orang lain atau lembaga lain. Dhamma Dana, yaitu Pemberian berupa nasi, air, pakaian, dan sebagainya. Adhamma Dana, yaitu Pemberian berupa minuman keras, senjata, mesiu, alat atau gambar porno yang dapat menimbulkan kekotoran batin, dan sebagainya, barang-barang yang berbahaya, yang mungkin menjadikan seseorang melanggar Panati atau Surameraya Sila. Pemberian dana semacam ini akan menghasilkan perbuatan yang tidak baik [ Akusala Kamma ]. Tetapi bila seseorang memberikan racun yang diberikan untuk tujuan menyembuhkan penyakit ataupun senjata dan mesiu yang tidak berbahaya untuk keperluan vihara, maka hal ini adalah perbuatan baik [ Kusala Kamma ]. Saparivara Dana, yaitu Pemberian yang disertai dengan tambahan-tambahan lain yang lengkap. Aparivara Dana, yaitu Pemberian yang tidak disertai dengan tambahan-tambahan lain. Savajja Dana, yaitu Pemberian yang disertai dengan kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup. Apabila pemberian dana ini menghasilkan buah, maka cenderung disertai dengan adanya bahaya-bahaya atau dapat pula hilangnya jiwa seseorang. Anavajja Dana, yaitu Pemberian yang tidak disertai dengan kekejaman atau pembunuhan makhluk hidup. Berbagai definisi mengenai jenis-jenis dana, mutu dana dan lain sebagainya yang terdapat dalam pengertian pada masing-masing Buddhisme, pada dasarnya adalah sama, yaitu haruslah dilakukan dengan hati yang penuh keikhlasan, bersuka-cita, penuh kerelaan tanpa mengharapkan imbalan apapun dan penuh hormat sebagaimana seorang bijaksana sehingga akan senantiasa hidup bahagia dalam kehidupan saat ini ataupun kehidupan di alam berikutnya. Sang Buddha bersabda “Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia; pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu, ia akan berbahagia ketika berpikir, aku telah berbuat kebajikan’, dan ia akan lebih berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia.” [ DHAMMAPADA 18 ] Sang Buddha bersabda “Sesungguhnya orang kikir tidak dapat pergi ke alam dewa. Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati. Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi, dan karenanya ia akan bergembira di alam berikutnya.” [ DHAMMAPADA 177 ] Semoga Bermanfaat
Sebagai agama Buddha kita tentu mengetahui bahwa dana bisa ada bermacam-macam, jadi siapa pun sebenarnya bisa berdana karena pasti semua orang bisa melakukan salah satu bentuk dana berikut ini 1 Uang Ini bentuk dana yang paling umum dan paling mudah dilakukan bagi yang memiliki uang. 2 Barang Ini juga merupakan bentuk dana yang paling umum, biasanya diberikan pada saat hari besar agama Buddha salah satunya Kathina, biasanya umat Buddha akan mendanakan segala kebutuhan para Bikkhu. Atau ada juga yang suka berdana dalam bentuk makanan untuk para Bikkhu setiap harinya. 3 Tenaga dan waktu Ini bentuk dana yang nilainya lebih tinggi, di mana kita mendanakan waktu dan tenaga kita untuk membantu di Vihara, berceramah, membantu kebutuhan para Bikkhu, membantu sesama, dan masih banyak lagi caranya. Dan dengan bentuk dana ini dipastikan siapa pun bisa berdana, bahkan mereka yang tidak punya uang sekalipun. Itu adalah bentuk-bentuk dana yang bisa kita lakukan. Lakukan dari apa yang Anda bisa, jika Anda baru bisa berdana uang, maka lakukan saja. Yang terpenting adalah niatnya.
Cara Berdana Yang Mendatangkan Manfaat Besar Idha nandati pecca nandati, katapuñño ubhayattha nandatiPuññaá¹ me katanti nandati, khiyyo nandati suggatiá¹ pembuat kebajikan berbahagia dalam kehidupan ini, ia juga berbahagia dalam kehidupan yang akan datang, ia berbahagia di kedua alam kehidupan. Ia sangat berbahagia ketika merenungkan perbuatan bajiknya, dan ia akan lebih bahagia lagi setelah terlahir di alam surga/bahagia.Dhammapada 18 DOWNLOAD AUDIO Namo Tassa Bhagavato Arahato Samm?sambuddhassaKata “dana” berasal dari bahasa Pali “d?na” yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, artinya dana, amal, sedekah, pemberian, atau hadiah. Sementara itu, kegiatan yang berkaitan dengan pemberian dana disebut berdana. Dana dalam ajaran agama Buddha berperan sebagai landasan yang paling dasar dan mempunyai peranan yang sangat universal, praktik memberi berdana dikenal sebagai salah satu keluhuran iman yang paling mendasar, sesuatu yang membuktikan kedalaman sifat iman dan kemampuan seseorang untuk transenden diri. Praktik berdana memiliki tempat dan pengertian khusus, yaitu sebagai fondasi dan benih perkembangan spiritual. Berdana lebih berfungsi sebagai landasan dan persiapan yang memberi penekanan dan secara diam-diam menopang segenap daya upaya untuk membebaskan pikiran dari kekotoran-kekotoran berdana tidak secara langsung dianggap sebagai faktor “sang jalan”. Namun, kontribusinya di sepanjang jalan pembebasan tidak boleh diabaikan atau dipandang rendah. Pentingnya kontribusi ini ditekankan oleh Sang Buddha. Selain muncul sebagai topik pertama pada penjelasan Dhamma yang bertingkat atau praktik-praktik yang berguna bagi kemajuan batin anupubb?-kath?, praktik berdana juga merupakan unsur pertama dari tiga perbuatan berjasa yang menimbulkan kebajikan puñña-kiriy?-vatthu, sebagai unsur pertama dari empat sarana yang memberikan manfaat bagi makhluk lain sa?gaha-vatthu, dan sebagai unsur pertama dari sepuluh p?ramit? kesempurnaan. P?ramit? merupakan keluhuran tingkat tinggi yang harus dikembangkan oleh semua yang berniat mencapai pencerahan halnya semua perbuatan baik, berdana akan memberikan kebahagiaan pada pelakunya di masa sekarang dan di masa mendatang sesuai dengan hukum kamma. Berdana menghasilkan manfaat dalam kehidupan sekarang dan dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang tidak peduli apakah kita sadar akan kenyataan ini atau berdana ada tiga faktor yang menentukan besarnya jasa kebajikan, yaitu dari motif pemberi danaNiat dari pemberi sebelum, selama, dan setelah tindakan berdana itulah yang terpenting dari tiga faktor yang terlibat dalam praktik berdana. Terdapat perbedaan yang mendasar antara tindakan berdana yang kurang bijaksana dan tindakan berdana yang disertai dengan kebijaksanaan. Berdana yang disertai dengan kebijaksanaan nilainya lebih tinggi daripada yang pertama. Kedermawanan yang dihubungkan dengan kebijaksanaan sebelum, selama, dan setelah berdana merupakan jenis dana tertinggi. Tiga contoh tindakan berdana yang bijaksana adalah dengan pemahaman yang jelas bahwa menurut hukum karma tentang sebab akibat, tindakan kedermawanan akan memberikan hasil-hasil yang bermanfaat di masa depan. dengan kesadaran bahwa yang didanakan, si penerima, dan si pemberi semuanya tidak kekal. dengan tujuan meningkatkan usaha agar menjadi terbaik di dalam berdana adalah niat bahwa tindakan berdana itu memperkuat usaha seseorang untuk mencapai Nibb?na. Bisa saja seseorang berdana untuk mendapatkan nama baik, pujian, ingin terkenal atau karena takut tidak disukai teman-temannya. Berdana seperti ini akan membuahkan hasil yang lemah walaupun masih spiritual penerima danaKemurnian spiritual penerima dana merupakan faktor lain yang membantu menentukan sifat dari buah kamma yang akan diterima. Makin mulia sifat penerima dana, makin besar pula manfaat yang akan diterima oleh pemberi dana. Praktik berdana juga bermanfaat walaupun diarahkan pada orang yang belum maju secara spiritual. Jika niat pemberi dana itu baik walaupun si penerima dana tidak bermoral, si pemberi dana akan memperoleh jasa kebajikan. atau barang yang didanakanObyek atau barang yang didanakan ini hendaknya yang halal, bersih, yang didapat sesuai dengan mata pencaharian yang benar bukan yang didapat dengan usaha yang tidak kita harus mengalami akibat dari perbuatan-perbuatan kita; perbuatan baik membawa akibat baik atau kebahagiaan sedangkan perbuatan buruk membawa akibat buruk atau penderitaan. Sangat masuk akal bila kita mencoba menciptakan perbuatan baik atau kamma baik sebanyak Buddha menyatakan bahwa praktik berdana akan membantu usaha kita untuk memurnikan pikiran kita. Pemberian yang dermawan dengan niat yang baik akan membantu menghapus penderitaan dengan tiga kita memutuskan memberikan milik kita kepada orang lain, sekaligus kita mengurangi kemelekatan kita pada obyek itu. Maka, membiasakan perbuatan berdana akan melemahkan faktor mental keserakahan yang merupakan salah satu penyebab utama dengan niat baik akan membuat kita terlahir di alam bahagia di masa mendatang di lingkungan yang cocok untuk bisa bertemu Buddha Dhamma murni dan ini yang paling penting, bila berdana dipraktikkan dengan niat agar pikiran menjadi cukup ulet untuk pencapaian Nibb?na, tindakan kedermawanan ini membantu kita mengembangkan s?la, sam?dhi, dan paññ? langsung di masa kini. Ketiga tahap ini membentuk Jalan Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan oleh Sang Buddha dan penyempurnaan sang jalan akan mengakibatkan padamnya penderitaan.
Sumber Dalam agama Buddha, berdana adalah perbuatan baik yang sangat mudah dilakukan, dan merupakan awal dari semua perbuatan baik lainnya. Berdana tidak sebatas pemberian materi berupa barang dan uang, karena istilah berdana diartikan sebagai melepaskan apa yang kita miliki dan memberikan dengan tulus serta ikhlas baik berupa barang, uang, tenaga, rasa aman, maupun nasihat atau ajaran benar. Pada saat berdana hendaknya dilandasi dengan penuh keyakinan, ikhlas, tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Menurut bentuknya, berdana dalam agama Buddha dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu Sumber 1. Amisa DanaAmisa dana merupakan dana yang dilakukan dalam bentuk materi. Misalnya berdana jubah kepada anggota sangha, memberikan uang kepada pengemis, menyumbangkan pakaian dan makanan kepada korban bencana, berdana buah untuk altar vihara, dan sebagainya. Sumber 2. Paricaya DanaSelain dalam bentuk uang atau materi, kita juga bisa berdana dalam bentuk tenaga. Misalnya membantu ayah & ibu membersihkan rumah, ikut berpartisipasi mempersiapkan acara perayaan hari-hari besar, membersihkan tempat ibadah, dan sebagainya.. Sumber 3. Abhaya DanaYaitu dana berupa pemberian rasa aman, nyaman, saling memaafkan, dan menyelamatkan makhluk-makhluk yang menderita. Misalnya memaafkan teman kita yang bersalah kepada kita; membebaskan mahkluk lain yang sedang menderita, bersikap ramah, murah senyum, dan peduli. Sumber 3. Dhamma DanaYaitu memberi bantuan ilmu pengetahuan baik tentang ajaran Buddha maupun ilmu pengetahuan yang lain. Misalnya seorang bhikkhu mengajarkan tentang ajaran buddha, seorang guru yang sedang memberi ilmu pengetahuan kepada siswanya. Praktik kebajikan dengan berdana tentunya akan membawa manfaat bagi kita di kehidupan saat ini ataupun kehidupan yang akan datang. Dalam Anguttara Nikaya IV, 62 dijelaskan bahwa dana yang diberikan tanpa pengharapan apapun dapat membawa seseorang terlahir di alam brahma. Dengan berdana berarti kita telah praktik dhamma untuk mengikis kekotoran batin lobha atau keserakahan, dosa kebencian dan moha kebodohan batin.
macam macam dana dalam agama buddha